PT PLN terus mengintensifkan praktik pencampuran biomassa dengan batu bara atau co-firing untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Cara ini dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon dari sektor pembangkit listrik dan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya akan aktif mendorong kerjasama dengan masyarakat untuk menyediakan pasokan biomassa. Kehadiran program co-firing ini juga merupakan langkah PLN dalam mengatasi masalah transisi energi global.
PLN juga telah menginisiasi pengembangan rantai pasokan melalui program pendampingan untuk lebih menjaga kesinambungan pasokan biomassa. Program tersebut berbentuk pilot project skala kecil untuk komersialisasi biomassa yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
“Co-firing bukan sekedar upaya pengurangan emisi, kami menyadari ada unsur ekonomi sirkular yang dapat membentuk ekosistem energi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,” ujar Darmawan dalam siaran pers, Jumat (17/2).
Barwan, salah satu distributor biomassa serbuk kayu yang digunakan untuk co-firing PLTU Jeranjang di Lombok Barat, telah merasakan manfaat tersebut. Dalam sebulan, Barwan bisa menyediakan serbuk gergaji hingga 300 ton untuk PLTU Jeranjang.
Barwan menambahkan, proses penyiapan serbuk gergaji atau wood chips perlu melalui beberapa tahapan agar siap digunakan untuk co-burning. Serbuk gergaji yang diperoleh dari pemotongan kayu sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu agar kandungan airnya hilang. Setelah itu dikirim ke PLTU Jeranjang.
“Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga kami dapat berpartisipasi dalam program transisi energi. Kita juga bisa berkontribusi dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” ujar Barwan.
Hal senada disampaikan Lalu Sultansyah, distributor sekam padi untuk dibakar bersama PLTU Jeranjang. Ia mengatakan, sekam padi yang ia hasilkan saat ini memiliki nilai ekonomi dan bisa mendatangkan keuntungan.
Sekam padi yang dikirim Sultansyah ke PLTU Jeranjang mencapai 400 hingga 600 ton per bulan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Sultansyah mendapatkannya dari beberapa produsen sekam padi di Lombok Tengah.
“Kami menganggap sekam padi ini sebagai bahan limbah. Namun setelah kami diberi pemahaman, ternyata sekam padi sisa ini masih bisa digunakan untuk syuting bersama di PLTU Jeranjang,” ujar Sultansyah.
General Manager Unit Induk PLN Wilayah NTB, Sudjarwo menjelaskan, pihaknya telah mengimplementasikan teknologi co-firing ini di dua lokasi PLTU di NTB, yakni PLTU Jeranjang yang berlokasi di Kampung Taman Ayu, Lombok Barat dan PLTU Sumbawa Barat di Taliwang. . , Kabupaten Sumbawa Barat.
“Jenis co-firing yang digunakan adalah limbah yang sudah diolah menjadi Solid Recovered Fuel, sekam padi, serbuk gergaji dan juga pecahan atau potongan kayu,” kata Sudjarwo.