Sebuah laporan terbaru yang diterbitkan oleh lima organisasi nirlaba menyatakan bahwa Royal Golden Eagle Group (RGE) milik Sukanto Tanoto masih terkait dengan deforestasi di Kalimantan Utara.
Riset bertajuk ‘California Tripe’ yang dirilis Environmental Paper Network, Rainforest Action Network, Auriga Nusantara, Greenpeace International dan Woods & Wayside International menelusuri rantai pasok beberapa perusahaan di bawah bendera RGE.
Sergio Baffoni, Koordinator Kampanye Senior Jaringan Kertas Lingkungan, mengatakan RGE Group diduga menguasai beberapa perusahaan cangkang di belakang pabrik pulp skala besar baru di Kalimantan Utara.
“Grup RGE dan anak perusahaannya seperti APRIL, Sateri, Asia Pacific Rayon, dan Asia Symbol berkomitmen untuk menghilangkan deforestasi dalam rantai pasokan mereka. Namun, laporan ini menemukan bahwa janji itu tidak dipenuhi,” katanya, dalam keterangan resmi.
Baffoni mengatakan pabrik pulp RGE di China, Asia Symbol, diduga menggunakan kayu dari beberapa perusahaan yang baru saja membuka hutan di Kalimantan. Laporan investigasi juga mengungkap hasil pemeriksaan dokumen yang menunjukkan hubungan RGE dengan pabrik pulp skala besar yang dibangun PT Phoenix Resources International di Pulau Tarakan, Kalimantan Utara.
Keberadaan pabrik Phoenix dinilai berpotensi mendorong pengembangan perkebunan kayu pulp monokultur dalam skala besar. Hal ini dikhawatirkan akan mengancam kelestarian hutan alam.
“Ada sekitar 600 ribu hektare hutan hujan tropis yang masuk konsesi kehutanan di Kalimantan, Papua, dan Papua Barat yang terhubung dengan RGE. Dengan dibangunnya pabrik Phoenix yang baru, beberapa kawasan hutan bisa terancam,” ujar Syahrul Fitra, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia.
Menurut Syahrul, keberadaan PT Phoenix berisiko memicu deforestasi dan menghilangkan keanekaragaman hayati, meningkatkan emisi gas rumah kaca, serta mengancam kehidupan masyarakat di kawasan tersebut. Dia memperingatkan bahwa permintaan kayu dari pabrik pulp skala besar sebelumnya telah mendorong deforestasi yang parah di Sumatera.
Saat Katadata meminta konfirmasi, RGE membantah temuan penelitian tersebut. Ignatius Purnomo, Head of Corporate Communications RGE Indonesia, mengatakan tidak ada asosiasi, pengaruh, atau kendali atas kedua entitas yang disebutkan dalam laporan tersebut.
“Oleh karena itu tidak mungkin dan tidak pantas RGE mengomentari hal-hal yang terkait dengan entitas ini karena tidak terkait dengan RGE,” katanya.
Ignatius menjelaskan, laporan tersebut menyebutkan ada oknum yang sebelumnya menjadi pegawai RGE. Namun, katanya, karyawan dapat memilih untuk bergabung atau keluar dari perusahaan sesuai keinginan mereka.
Ignatius mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan di Grup RGE beroperasi berdasarkan kerangka keberlanjutan. Ini termasuk ‘Tanpa Deforestasi’. Setiap perusahaan di Grup RGE, juga mengembangkan dan memperkuat kebijakan keberlanjutan. Perusahaan-perusahaan ini memiliki target keberlanjutan 2030 yang berfokus pada perubahan iklim, perlindungan alam dan lingkungan, serta pembangunan berkelanjutan.