Pemerintah berencana memberikan subsidi untuk mendorong konversi sepeda motor berbahan bakar minyak (BBM) ke sepeda motor listrik. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi impor BBM sekaligus meningkatkan penyerapan listrik negara.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah akan membidik para pengemudi ojek online (ojol) sebagai target subsidi untuk dikonversi ke sepeda motor listrik. “Ojol itu penting, akan kami prioritaskan,” kata Arifin saat ditemui di Toko Kementerian ESDM, Jumat (12/9).
Arifin menambahkan, kebijakan subsidi untuk percepatan akuisisi kendaraan listrik masih dalam pembahasan dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun. “Subsidi ini harus sampai ke masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Mudah-mudahan sebelum 2023,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Arifin, pihaknya akan memprioritaskan dana subsidi kendaraan listrik untuk program konversi sepeda motor konvensional berusia 10 tahun ke atas menjadi sepeda motor listrik.
Menurutnya, hal ini dapat menarik minat pemilik sepeda motor konvensional untuk beralih ke sepeda motor listrik tanpa harus membeli sepeda motor listrik baru yang harganya masih relatif tinggi.
Arifin optimistis kebijakan penyaluran subsidi konversi sepeda motor oli ke sepeda motor listrik dapat mengurangi beban yang harus ditanggung pemilik kendaraan.
Pasalnya, biaya ganti sepeda motor masih berkisar Rp 15 juta per unit atau setara dengan harga moped baru. Biaya konversi tertinggi ada pada pemasangan baterai yang mencapai Rp 7,5 juta.
Pemberian subsidi untuk konversi sepeda motor konvensional menjadi sepeda motor listrik diyakini dapat mempercepat penggunaan sepeda motor listrik di Indonesia.
Dari hasil survei Kementerian ESDM, Arifin mengatakan, masyarakat tidak keberatan jika harus merogoh kocek Rp 5-6 juta untuk mengubah sepeda motornya menjadi sepeda motor listrik.
Target kendaraan listrik dalam dokumen Grand National Energy Strategy and Clean Zero Emissions Plan sekitar 2 juta kendaraan listrik roda empat dan 13 juta kendaraan listrik roda dua pada tahun 2030.
Jika target kendaraan listrik tercapai, menurut Arifin akan memberikan potensi pengurangan konsumsi bahan bakar sebesar 6 juta kilo liter (KL) per tahun dan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 7,23 juta ton CO2e.
“Selain mengurangi emisi, program ini juga dapat mengurangi devisa dan impor fosil. Sehingga juga dapat mengurangi terjadinya krisis seperti kemarin sehingga dampaknya tidak terlalu besar. Jika ini dilaksanakan secara konsisten,” ujar Arifin.