Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memproyeksikan kebutuhan insentif Rp 30,22 triliun untuk menutup selisih harga biodiesel dan solar dalam program B35.
Perhitungan ini berasal dari total alokasi distribusi sebesar 13,15 juta kilo liter (kl) dan asumsi rata-rata selisih harga antara indeks pasar atau HIP biodiesel dan solar adalah Rp 2.299 per liter.
Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman menjelaskan, pihaknya memiliki kewajiban membayar selisih harga solar dan biodiesel dalam program wajib B35.
“Proyeksi dana tahun ini Rp 30,22 triliun. Biasanya kami membuat proyeksi setiap tahun, dan realisasinya tidak jauh dari itu,” kata Eddy saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Selasa (31/1).
Menurut Eddy, proyeksi besaran insentif tahun ini lebih rendah 12,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 34,5 triliun. Hal ini disebabkan kenaikan harga bensin atau solar yang meroket akibat konflik Rusia-Ukraina.
Di awal tahun ini, selisih HIP antara harga solar dan biodiesel turun sekitar Rp 175 per liter. “Kalau harga biodiesel lebih tinggi dari harga solar, kita harus hemat,” kata Eddy.
Mulai Februari ini, pemerintah akan menaikkan kandungan wajib campuran biodiesel menjadi 35% atau B35 sebagai campuran solar Pertamina.
B35 adalah campuran biodiesel dari metil ester asam lemak 35% atau minyak sawit FAME ke dalam komposisi bahan bakar solar. Selain solar, penerapan B35 juga diterapkan pada bahan bakar nonsubsidi Dexlite.
Penerapan campuran minyak nabati pada bahan bakar Dexlite telah diatur melalui Peraturan Menteri ESDM (Permanen) Nomor 12 Tahun 2015.
Kombinasi minyak sawit dalam varian solar yang memiliki CN minimal 51 dan mengandung Sulfur maksimal 1200 ppm sudah dimulai sejak Januari 2020, dengan komposisi campuran 30% atau B30.
Dexlite umumnya digunakan pada mesin diesel kecepatan tinggi seperti pada sektor pertambangan, perkapalan dan kendaraan niaga.
“Dexlite sudah ada campurannya. Mulai Februari ini akan menjadi wajib 35%, sesuai dengan kebijakan yang dibuat regulator,” kata Sekretaris Perusahaan Pertamina Parta Niaga, Irto Ginting, melalui SMS, Rabu (18/1). ).