Hard Rock Cafe (HRC) Jakarta resmi ditutup pada 31 Maret 2023. Manajemen HRC mengatakan akan memindahkan restoran bernuansa musik tersebut ke lokasi lain. Namun, lokasi kantor pusat baru HRC Jakarta masih belum diketahui.
Penutupan itu diduga karena harga sewa yang berlebihan. Padahal, masa sewa 10 tahun di lantai dasar pusat perbelanjaan yang berlokasi di Jakarta Selatan itu sudah habis. “Meskipun pemilik waralaba tidak mau tutup, tapi secara finansial mereka tidak punya pilihan. Sehingga diambil keputusan untuk menutup kafe–sederhana itu,” tulis Hard Rock Cafe Worldwide di akun Instagram-nya, 2 Maret lalu.
Ini bukan kali pertama HRC tutup dan pindah sejak dibuka di Sarinah, Jakarta Pusat, pada 1992. Kafe tersebut pertama kali berhenti beroperasi pada akhir 2003 dan pindah ke Entertainment X’nter alias EX yang berlokasi di Plaza Indonesia, Central. Jakarta tahun 2004.
Pada tahun 2011, HRC kembali menutup operasionalnya dan dibuka kembali di Pacific Place Mall pada September 2013. Restoran bertema gitar ini beroperasi di Pacific Place dengan kapasitas 145 tamu.
HARD ROCK CAFE JAKARTA AKAN TUTUP (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.)
Bagian dari Kerajaan Bisnis Keluarga Sutowo
Waralaba restoran asal Amerika Serikat ini berawal dari joint venture antara Adiguna Sutowo dan dua bersaudara, Soetikno dan Ongky Soemarno. Ketiga orang ini mendirikan kelompok usaha Mugi Rekso Abadi alias MRA Group yang menaungi berbagai jenis usaha, termasuk HRC.
Anak perusahaan MRA Group terdiri dari Zoom Bar & Lounge, BC Bar, Radio Hard Rock FM di Jakarta, Bandung dan Bali. MRA juga memiliki berbagai perusahaan media, seperti i-Radio, Radio MTV, Majalah Kosmo, dan Majalah FHM.
Adiguna Sutowo adalah anak bungsu dari Ibnu Sutowo, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Direktur Utama Pertamina tahun 1960-an, yang juga seorang pengusaha. Salah satu bisnis keluarga Sutowo adalah Hotel Sultan yang dimiliki oleh adik Adiguna, Pontjo Sutowo. Baru-baru ini izin pengelolaan hotel bintang lima yang berlokasi di Jakarta Pusat dialihkan ke negara.
Ekspansi HRC di Indonesia tidak hanya di Jakarta. HRC mengembangkan bisnis restorannya di Bali sejak 8 Oktober 1993. Berlokasi di Pantai Kuta, restoran musik ini menjadi salah satu destinasi nightlife terpopuler di Pulau Dewata. HRC Bali menampilkan patung berleher ganda yang merupakan representasi dari gitaris jazz ikonik Bali, I Wayan Balawan, yang sering tampil dengan gitar berleher ganda.
Restoran Gaya Amerika di Inggris
Kerajaan bisnis restoran musik dibangun oleh dua pengusaha Amerika, Isaac Tigrett dan Peter Morton. Mereka mempresentasikan restoran tersebut untuk pertama kalinya di London, Inggris. Dalam situs resminya, pihak manajemen restoran menjelaskan bahwa inspirasi membangun restoran tersebut berasal dari keinginan mereka untuk menyantap burger ala Amerika di London.
Restoran Hard Rock pertama kali dibuka di London pada tahun 1971 dengan gaya restoran Paman Sam. Mereka mengubah dealer Rolls Royce menjadi restoran pada saat itu. Namun, usaha ini tidak bertahan lama karena masa sewanya hanya enam bulan.
Meski hanya setua jagung, banyak nama besar yang terlibat dalam kelahirannya. Alan Aldridge, misalnya. Artis di belakang The Beatles adalah perancang logo Hard Rock seperti yang dikenal saat ini. Logo tersebut terinspirasi dari desain sederhana pada ornamen mobil Chevrolet. Selain itu, ayah Morton yang merupakan pendiri jaringan Morton’s Steakhouse yang populer juga berperan dalam membangun bisnis restoran tersebut.
Restoran itu hidup kembali dan pada tahun 1973 menampilkan Paul McCartney dari The Beatles sebagai band pertama yang tampil live di Hard Rock. Di halaman Hard Rock tertulis, ‘Pertunjukan ini adalah pertunjukan “pemanasan” sebelum konser mereka di Inggris’.
Restoran Kolektor Memorabilia Musisi
Nama restoran ini melambung setelah Carole King menciptakan lagu berjudul Hard Rock Cafe pada tahun 1977. Restoran ini juga menjadi salah satu restoran favorit legenda rock, Eric Clapton. Bahkan, Eric meminta Tigrett untuk menggantungkan gitarnya di kursi bar sebagai penanda tempat duduk.
Seakan tidak hilang, seminggu setelah kejadian tersebut datanglah sebuah paket berisi gitar dengan catatan, “Mine is as good as his (Elton). Pete sayang.” Pete yang dimaksud dalam catatan ini mengacu pada Pete Townshend, gitaris The Who.
Dari sinilah restoran mulai mengoleksi memorabilia alias barang-barang yang digunakan para musisi dalam berkarya. Berawal dari dua gitar milik gitaris fenomenal ini, HRC kini mengoleksi hingga 80 ribu memorabilia dari musisi di seluruh dunia.
Pada tahun 1982, restoran tersebut memulai ekspansinya ke Amerika Serikat. Rantai restoran telah diperluas untuk mencakup pasar Asia, dengan pendirian HRC Tokyo pada tahun 1983.
Lini bisnis restoran ini dikembangkan dengan memasuki bisnis hotel dan kasino di Las Vegas, Nevada pada tahun 1995, dilanjutkan dengan pembangunan Hard Rock Hotel di Pulau Dewata pada tahun 1998.
Secara global, Hard Rock International saat ini mengelola 180 kafe, 27 hotel, dan 11 kasino. Hard Rock juga memiliki lebih dari 86 ribu memorabilia musisi dunia. Koleksinya meliputi gitar yang ditandatangani oleh pemiliknya, pakaian dari konser dunia, dan peralatan musik lainnya. Karena itulah, restoran ini tercatat sebagai pemilik koleksi memorabilia musik terbesar di dunia.