Pemerintah Cina telah menyetujui proyek ekspansi tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menurut pernyataan dewan negara. Sebanyak enam unit reaktor telah disiapkan untuk proyek senilai US$ 16,74 miliar atau lebih Rp 254 triliun tersebut.
Tiga PLTN yang akan ditingkatkan kapasitas pembangkitannya tersebut berlokasi di Shandong, Fujian, dan Liaoning. Dewan negara Cina tidak memberikan informasi mengenai peningkatan kapasitas pembangkitan listrik dari proyek ini.
Menurut data Biro Statistik Nasional Cina, tenaga nuklir menyumbang hanya sekitar 2,2%, atau sekitar 56 gigawatt (GW), dari total kapasitas pembangkitan listrik Negeri Panda.
Pada 2020 Cina menetapkan rencana untuk meningkatkan total kapasitas pembangkitan nuklirnya menjadi 70 GW pada 2025. Tahun lalu Cina menyetujui 10 proyek nuklir baru.
Pengumuman proyek ini datang di tengah upaya bersama untuk keamanan energi, karena Beijing mencoba untuk menopang pasokan listrik domestik sambil mengejar pembangunan energi terbarukan yang ambisius di negara itu.
Pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki jejak karbon yang jauh lebih kecil daripada pembangkit bahan bakar fosil, tetapi dapat mengirimkan tenaga lebih konsisten dan andal daripada sumber terbarukan yang bergantung pada cuaca seperti angin atau matahari.
Menurut laporan World Nuclear Association (WNA), dewasa ini Asia menjadi wilayah dengan perkembangan energi nuklir paling pesat. “Sekitar dua per tiga dari reaktor nuklir yang sedang dibangun di seluruh dunia saat ini berada di Asia,” jelas WNA dalam laporan Juli 2022.
Menurut data WNA, perkembangan energi nuklir di Asia dipimpin oleh Tiongkok. Pada 2021 Negeri Tirai Bambu ini tercatat sudah memiliki 54 reaktor nuklir yang bisa dioperasikan, 24 reaktor dalam tahap pembangunan, dan 31 reaktor dalam tahap perencanaan.
Sementara itu, pada pertengahan 2022 pemerintah Jepang menyatakan niat untuk menyalakan kembali PLTN di negerinya, yang sebagian besarnya sempat dinonaktifkan sejak bencana nuklir Fukushima tahun 2011.
Pemerintah Jepang juga menyatakan rencana untuk mengembangkan teknologi reaktor nuklir baru demi mengamankan pasokan energi domestik.
“Semua opsi untuk mendesain ulang pasokan energi yang stabil harus diamankan. Dari perspektif itu, kami akan mempertimbangkan semua opsi terkait tenaga nuklir,” jelas Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, dilansir The Guardian, Kamis (25/8/2022).