liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Bank DBS: Diversifikasi Bisnis, Peluang di Tengah Tren Transisi Energi

Indonesia telah menetapkan target emisi nol bersih (NZE) untuk tahun 2060. Menurut laporan Bank DBS berjudul Asian Insights Sparx: Sektor Energi Indonesia, target NZE 2060 dapat dicapai melalui berbagai tahapan bauran energi.

Dua sektor utama yang menjadi target bauran energi adalah energi dan transportasi. Dari kedua sektor tersebut, emisi karbon yang dapat direduksi diproyeksikan mencapai 358 juta ton.

Di bidang energi, upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). Saat ini emisi karbon terbesar berasal dari listrik, mencapai 62 persen, di mana PLTU merupakan penghasil emisi terbesar.

Padahal, komoditas batu bara mengalami tren di tahun 2021 setelah mengalami titik terendah, namun belum bisa dikatakan stabil. Pada saat tertentu, harga batu bara bisa kembali turun seiring dengan situasi ekonomi dan politik yang sedang berlangsung.

Oleh karena itu, perusahaan energi perlu memikirkan alternatif diversifikasi usaha berdasarkan beberapa pertimbangan dari investor.

Menurut laporan Bank DBS, investor menilai valuasi batubara di pasar tidak bisa stabil dalam jangka panjang.

Pandangan sebagian besar lepas landas dari momen tak terduga. Misalnya, berapa lama perang akan berlangsung, dan bagaimana permintaan akan bertahan jika harga tetap terlalu tinggi untuk waktu yang lama.

Investor juga menilai perluasan proyek tambang batu bara membutuhkan kenaikan biaya yang lebih menantang. Sebab, dalam tren transisi energi, investor lebih banyak memobilisasi kredit dan modal untuk bahan bakar non-fosil.

“Bank global tidak menambahkan sektor batu bara ke dalam portofolio kredit mereka, sementara investor obligasi menerapkan kriteria ESG yang ketat pada perusahaan tambang batu bara,” kutip laporan tersebut.

Menurut Bank DBS, beberapa perusahaan tambang batu bara saat ini sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga batu bara nonthermal, termasuk energi baru terbarukan (EBT). Namun demikian, pemerintah Indonesia perlu dilibatkan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan EBT. Tantangan tersebut antara lain terbatasnya akses pembiayaan, transmisi listrik dan lokasi.

Untuk mendukung upaya tersebut, dalam KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani perjanjian pendanaan sebesar US$20 miliar untuk pengembangan EBT negara tersebut. Kesepakatan ini akan mendorong Indonesia untuk menjauh dari energi batubara.

Selain itu, ada alternatif lain yang dinilai lebih menjanjikan. Saat ini, Indonesia sedang fokus pada hilirisasi bijih untuk meningkatkan nilai sumber daya alam. Peluang tersebut akan membuka peluang diversifikasi baru bagi perusahaan energi. Salah satunya adalah mengembangkan potensi kendaraan listrik dan komponen lainnya, terutama baterai.

Ambisi ini bermula dari larangan ekspor bijih nikel Indonesia ke Uni Eropa. Larangan yang dikeluarkan pada 2014 dan 2019 mewajibkan perusahaan tambang untuk mengolah bijih nikel di Indonesia. Pemerintah hanya mengizinkan bijih nikel untuk perusahaan tambang logam. Mereka juga diminta menunjukkan progres konkret dalam peleburan.

Penelitian yang sama menjelaskan bahwa upaya ini membutuhkan lebih banyak rantai pasokan nikel. Namun, upaya ini membutuhkan energi yang lebih bersih.

Seperti diketahui, nikel merupakan salah satu komponen utama baterai kendaraan listrik (EV). Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Dengan demikian, peluang untuk menggunakan energi bersih semakin terbuka, baik dalam peleburan bijih nikel maupun pengembangan ekosistem EV.

Selain itu, infrastruktur pendukung seperti kawasan industri dan pelabuhan juga membutuhkan pasokan energi. Faktanya, ada peluang untuk menggunakan penangkapan dan penyimpanan karbon/penggunaan dan penyimpanan penangkapan karbon (CCS/CCUS) untuk pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai bagian dari rencana emisi nol bersih.

Penggunaan CCS/CCUS pada pembangkit listrik tenaga batubara dapat meminimalkan emisi. Namun, teknologi ini masih dalam pengembangan. Saat ini, dalam lanskap global, teknologi CCS/CCUS masih jarang.

Ke depannya, CCS/CCUS akan berguna untuk mengurangi emisi di area pertambangan dan eksplorasi beremisi tinggi, seperti tambang minyak dan batu bara.