Kawasan Asia Tenggara membutuhkan lebih dari US$1,5 triliun investasi hijau pada tahun 2030 untuk menjaga komitmen iklim negara-negara di kawasan ini.
Laporan terbaru bertajuk ‘Green Economy of Southeast Asia 2023’ menyebutkan pada 2022, aliran investasi hijau hanya mencapai US$ 5,2 miliar di Asia Tenggara. Penulis utama laporan tersebut, Dale Hardcastle, mengatakan meskipun komitmen investasi meningkat, proporsi modal hijau telah turun 7% sejak 2021.
“Investor menyoroti berbagai tantangan seperti biaya modal yang tinggi, akses pasar, pengembalian investasi yang tidak mencukupi, dan ketidakpastian arah kebijakan,” ujarnya dalam keterangan resmi. ‘
Hardcastle mengatakan Asia Tenggara memainkan peran penting dalam perang melawan perubahan iklim global. Namun demikian, upaya signifikan masih diperlukan untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 33% pada tahun 2030.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Asia Tenggara sebenarnya telah menunjukkan komitmen iklim yang kuat. Empat negara memperkuat target iklim mereka, sementara tujuh negara berkomitmen menerapkan mekanisme perdagangan karbon. Sektor swasta juga tak kalah cepat dalam menetapkan target penurunan emisi. Selain itu, beberapa kesepakatan bilateral dan kebijakan penting di kawasan juga telah disepakati. Salah satu yang penting misalnya terkait dengan taksonomi hijau di ASEAN.
“Namun, semua upaya ini masih belum cukup untuk memastikan Asia Tenggara berada di jalur yang tepat untuk komitmen iklimnya,” ujarnya.
Laporan tersebut menilai kawasan Asia Tenggara sebenarnya memiliki potensi besar untuk meningkatkan bauran energi terbarukan. Namun, potensinya tidak merata. Pemerintah di kawasan perlu mempercepat pengembangan pasar lokal dan menjalin kerja sama dengan semua negara ASEAN.
Selain itu, negara-negara Asia Tenggara juga perlu menyusun rencana komprehensif di sektor industri dan nasional. Masalah aliran modal untuk proyek berskala besar juga perlu mendapat perhatian.
Jika upaya ini dilaksanakan, penulis laporan yakin Asia Tenggara akan menuai hasil yang signifikan.
Komitmen iklim akan menarik investasi baru lebih dari US$ 2 triliun, memastikan 25% bauran energi berasal dari EBT, mencapai rasio elektrifikasi 100%, hingga menciptakan lebih dari 5 juta lapangan kerja baru.
Laporan ini merupakan ikhtisar komprehensif yang ditulis secara kolaboratif oleh Bain & Company, Temasek, AWS, dan GenZero.