Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN BAC) meluncurkan Pusat Keunggulan Karbon yang akan mengarah pada pembentukan pakta perdagangan karbon di wilayah tersebut.
ASEAN Carbon Center of Excellence Legacy Dharsono Hartono mengatakan forum tersebut akan memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik untuk solusi berbasis alam dan perdagangan karbon. Selain itu, ASEAN BAC juga akan membentuk pakta perdagangan karbon atau ASEAN Alliance of Carbon Market (AACM) setelah melalui serangkaian seminar dan pertemuan puncak pada Juni hingga Agustus 2023. Peluncuran pakta ini akan dilakukan pada 2-3 September. 2023 selama KTT Keberlanjutan.
“Kami ingin memanfaatkan momentum keketuaan Indonesia di ASEAN untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan memperkuat aliansi strategis perdagangan karbon,” katanya, (31/5).
Dharsono mengatakan AACM akan bertindak sebagai focal point untuk kemitraan internasional yang berfokus pada pasar karbon. Ini termasuk kegiatan peningkatan kapasitas dan bantuan teknis. Dharsono mengatakan pakta tersebut dibentuk untuk meningkatkan penetrasi pasar sukarela dan pasar kepatuhan di kawasan ASEAN.
Menurut Dharsono, negara ASEAN lainnya seperti Filipina, Malaysia, Thailand, dan Kamboja juga memiliki potensi perdagangan karbon yang besar. Oleh karena itu, penting bagi ASEAN untuk duduk bersama terutama untuk merespon kebijakan terkini seperti Carbon Boundary Adjustment Mechanism (CBAM) yang diluncurkan oleh Uni Eropa.
Sementara itu, meski isu perubahan iklim menjadi salah satu agenda utama KTT ASEAN 2023 di bawah kepemimpinan Indonesia, pembahasannya tidak termasuk perdagangan karbon. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu mengatakan topik terkait perdagangan karbon tidak menjadi prioritas ASEAN tahun ini. Salah satu pembahasan utama terkait agenda perubahan iklim pada KTT tahun ini masih terfokus pada upaya pembiayaan transisi energi.
“Perdagangan karbon belum menjadi prioritas ASEAN saat ini. Kita coba dulu dengan yang lain, transisi energi dari perspektif taksonomi, lalu bagaimana transaksi keuangan transisi energi tersebut,” ujar Febrio kepada Katadata.co.id, Selasa (25/5).
Ia menjelaskan, agenda perubahan iklim dalam pembahasan di KTT ASEAN telah menghasilkan capaian berupa taksonomi hijau yang dapat digunakan sebagai panduan pasar keuangan dalam pembiayaan proyek-proyek hijau. Salah satu kesepakatan yang dicapai ASEAN dalam keketuaan Indonesia tahun ini adalah mengkategorikan proyek transisi energi seperti pensiun dini PLTU.