PLN memproyeksikan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung Waduk Cirata, Jawa Barat, beroperasi secara komersial pada kuartal IV tahun ini. Target ini mundur setahun dari rencana awal November 2022.
Wakil Kepala Divisi Komunikasi Korporat PLN, Gregorius Adi Trianto mengatakan, saat ini pengembangan proyek berupa pembebasan lahan berupa gardu induk dan transmisi yang akan mengalirkan listrik dari PLTS ke jaringan PLN sudah hampir selesai.
Proses pemasangan solar cell photovoltaic (PV) di permukaan air juga sedang berlangsung. “Diharapkan PLTS Terapung Cirata beroperasi secara komersial pada kuartal IV 2023,” kata Greg kepada Katadata.co.id melalui SMS, Jumat (23/6).
Proyek PLTS yang dijuluki lapangan listrik terapung terbesar di Indonesia ini memiliki kapasitas pembangkitan sebesar 145 megawatt (MW) dengan harga listrik 5,8 sen per kilowatt hour (kWh). “PLTS Terapung Cirata merupakan proyek strategis nasional yang terbesar di Indonesia,” kata Greg.
Dengan menggunakan luasan terapung seluas 250 hektar atau 3% dari total luas permukaan waduk, PLTS Cirata diprediksi mampu menghasilkan energi hijau hingga 245 juta kWh per tahun dan mengurangi emisi karbondioksida sebesar 214.000 ton per tahun.
Proyek strategis nasional tersebut dikembangkan oleh PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE) dengan nilai investasi US$ 129 juta atau setara Rp 1,9 triliun.
PMSE merupakan perusahaan patungan antara PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi dengan kepemilikan saham 51% dan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar dengan kepemilikan saham 49%. Kontrak pembelian tenaga listrik menggunakan skema build, own, operate (BOOT) selama 25 tahun.