liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Dari Bulungan ke Hollywood, Jejak Christine Hakim Menapaki Seni Peran

Christine Hakim menjadi perbincangan masyarakat Indonesia berkat penampilannya di serial ‘The Last of Us’. Di episode kedua serial HBO tersebut, Christine berperan sebagai Ratna, ahli mikologi yang meneliti jamur Cordyceps. Ditemukan di Jakarta, jamur ini kemudian memicu orang berubah menjadi zombie di luar negeri.

The Last of Us adalah film Hollywood kedua yang dibintangi Christine. Sebelumnya, ia adalah seorang penjual jamu asal Bali bernama Wayan yang pernah beradu akting dengan Julia Roberts dalam film ‘Eat, Pray, Love’ (2010).

Artis Senior dengan Penghargaan Gambar Terbanyak

Wanita bernama lengkap Herlina Christine Natalia Hakim ini lahir di Kuala Tungkal, Jambi pada tahun 1956. Ia merupakan artis peraih penghargaan Citra terbanyak. Tercatat, Christine telah memenangkan sembilan Piala Citra dari Festival Film Indonesia 1974 hingga 2020.

Kemunculannya dalam perfilman Indonesia dimulai pada usia 16 tahun, tepatnya pada tahun 1972. Saat itu ia bermain dalam film ‘Cinta Pertama’ garapan sutradara Teguh Karya. Beberapa film lawas lain yang pernah dibintanginya antara lain ‘Kawin Lari’, ‘Si Doel Anak Modern’, hingga ‘Tjoet Nja’ Dhien’.

Akting Christine juga terlihat di film layar lebar terbaru seperti ‘Wanita Tanah Jahanam’, ‘Sri Asih’, dan ‘Baka Dendam, Rindu Harus Dipay Penuh’.

Selama lebih dari satu dekade mendedikasikan dirinya sebagai pemain peran, nama Christine telah melintasi kiblat industri film dunia, Hollywood.

Selain itu, Christine adalah orang Indonesia pertama yang menjadi juri di Festival Film Cannes 2002. Dia bergabung dengan David Lynch, Michelle Yeoh, dan Sharon Stone yang juga menjabat sebagai juri.

Awalnya tidak tertarik menjadi artis

Menurut wawancara Christine di kanal YouTube Dedi Gumelar, awalnya ia tidak tertarik menjadi artis. Dari SD hingga SMA, ia lebih tertarik pada ilmu eksakta dan kurang tertarik pada seni dan sejarah. Oleh karena itu, impian muda Christine adalah menjadi seorang arsitek atau psikolog, jauh dari dunia akting.

Namun, Christine telah terjun ke dunia modeling sejak berusia 14 tahun. Di usia muda, ia mendapat pekerjaan di majalah Mode, sebagai model produk fesyen. “Awalnya karena diajak teman dan iseng-iseng saja,” kata Christine sambil tertawa.

Hidupnya mulai berubah saat SMA, saat ia berusia 16 tahun. Saat itu sutradara kondang Teguh Karya bertemu dengan Maria, sahabat Christine yang sama-sama bersekolah di SMA 6 Bulungan. Menurut Christine, Teguh meminta saran Maria untuk peran utama seorang remaja dalam filmnya.

“Kebetulan Maria adalah putri sutradara Wim Umboh. Maka dia memberikan majalah Mode yang memuat foto saya, dan merekomendasikan saya untuk menjadi pemeran utama dalam film ‘Cinta Terlarang’,” ujar Christine.

Teguh pun berhasil mendapatkan alamat rumah Christine dan mengunjungi rumahnya bersama Slamet Rahardjo, lawan main Christine di film Cinta Terlarang. Sayangnya, kedua kali Teguh berkunjung, Christine dua kali tidak ada di rumah karena sedang berlibur di Bandung. Merasa resah, ibunda Christine mengajaknya datang ke kantor Teguh sepulang dari Bandung.

Awalnya Christine menolak, karena tidak tertarik menjadi aktris. Hal itu tercermin dari penolakannya terhadap sutradara Asrul Sani atas film ‘Salah Asuhan’. Dia bahkan tidak tahu siapa Teguh dan Slamet. Akhirnya kegigihan kedua pria ini berhasil meluluhkan hati Christine untuk memerankan peran Ade di film ‘Cinta Pertama’.

“Saya ingat, saya tidak pernah menolak atau menyetujui permintaan Pak Teguh. Pendekatan mereka bagus, saya hanya disambut, diajak berakting di teater, lalu masuk ke proses pengukuran baju untuk film itu,” ujarnya.

Meski awalnya tak tertarik menjadi aktris, film debut Christine pada 1973 itu justru meraih penghargaan. Christine memenangkan Piala Citra, memenangkan pemeran utama wanita terbaik di Festival Film Indonesia 1974.

Pencapaian tersebut tak lantas membuat Christine percaya diri untuk terjun lebih dalam ke dunia akting. Ia ingin berhenti berakting, namun Teguh Karya tetap menawarinya untuk berakting di film kedua, ‘Atheis’. Di film ketiga, ia kemudian berkolaborasi dengan sutradara lain, Alam Surawidjaja, dengan film Bandung Lautan Api.

Setelah berakting di lima film, Christine jatuh cinta dengan dunia film. Mengutip percakapannya dengan Dedi Gumelar, film memang identik dengan berbagai ilmu. Beragam tipe orang yang terlibat dalam produksi sebuah film pun memancarkan berbagai ilmu, mulai dari teknologi, sosiologi, sejarah, hingga politik.

“Jika saya seorang arsitek dan psikolog, saya hanya akan menguasai satu bidang. Di film, saya bisa berbagi banyak ilmu. Bodoh sekali jika saya tidak memajukan diri saya di sini,” jelas Christine.

Atas kesadaran ini, Christine melanjutkan karirnya di dunia akting. Ia dikenal sebagai aktor yang memainkan peran berat dengan isu-isu sosial. Dedi bahkan menyebutnya artis nonkomersial alias aktor yang selektif dalam memilih peran

“Saya juga masih perlu membuktikan apakah penghargaan yang saya terima layak. Tantangan saya adalah menerima berbagai jenis peran, tetap berada di tangan sutradara yang baik,” katanya.